Desaku Mengerang
Ini adalah cerita yang sebenarnya ada disekitar kita, yang kadang kala kita tidak menyadari betapa rapuhnya jiwa-jiwa penengah, dimana mereka seharusnya memberikan dukungan dan ide dikala mereka sangat dibutuhkan. Ada hal yang tidak pernah terbersit bahwa ada saja orang yang senang melihat derita orang lain.
Roda kehidupan terus berputar dan tak tahu kapan akan berakhir, namun masih saja orang melakukan segalanya demi kepentingannya sendiri.
Ini adalah cerita yang terjadi saat monev di kabupaten TTU, dimana kegiatan program PNPM dilakukan asal uang habis, sehingga timbullah persoalan yang sebenarnya dapat merusak citra program yng telah berbuat demi kebaikan dan kemajuan masyarakat.
Seharunya seorang pelayan masyarakat (fasilitator) menjalin kerjasama dengan pemerintah di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten dan berusaha mendengarkan seruan masyarakat. Hal ini tercermin dari hasil kegiatan yang belum selesai namun telah MDST, hal yang seharusnya belum bisa dilakukan karena ketentuan harus di hadapan masyarakat untuk melakukan MSDT yaitu berkas-berkas RPD dan LPD yang ada sehingga jelas penggunaan dananya dan sudah selesai.
Didalam program dituntut kejelian dalam memfasilitasi apakah sesuai kebutuhan masyarakat dan benar-benar bermanfaat untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Inilah sedikit cerita di saat melakukan monev, semoga untuk kedapannya tidak terjadi hal demikian yang dikarenkan ego dan fasilitator merasa paling pandai sehingga tidak mau mendengarkan kehendak masyarakat. Inilah cerminan masyarakat yang peka terhadap kondisi desanya dan berusaha mau membangun dengan upaya mereka.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
left'/>
width
Tidak ada komentar:
Posting Komentar