Desaku Mengerang
Ini adalah cerita yang sebenarnya ada disekitar kita, yang kadang kala kita tidak menyadari betapa rapuhnya jiwa-jiwa penengah, dimana mereka seharusnya memberikan dukungan dan ide dikala mereka sangat dibutuhkan. Ada hal yang tidak pernah terbersit bahwa ada saja orang yang senang melihat derita orang lain.
Roda kehidupan terus berputar dan tak tahu kapan akan berakhir, namun masih saja orang melakukan segalanya demi kepentingannya sendiri.
Ini adalah cerita yang terjadi saat monev di kabupaten TTU, dimana kegiatan program PNPM dilakukan asal uang habis, sehingga timbullah persoalan yang sebenarnya dapat merusak citra program yng telah berbuat demi kebaikan dan kemajuan masyarakat.
Seharunya seorang pelayan masyarakat (fasilitator) menjalin kerjasama dengan pemerintah di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten dan berusaha mendengarkan seruan masyarakat. Hal ini tercermin dari hasil kegiatan yang belum selesai namun telah MDST, hal yang seharusnya belum bisa dilakukan karena ketentuan harus di hadapan masyarakat untuk melakukan MSDT yaitu berkas-berkas RPD dan LPD yang ada sehingga jelas penggunaan dananya dan sudah selesai.
Didalam program dituntut kejelian dalam memfasilitasi apakah sesuai kebutuhan masyarakat dan benar-benar bermanfaat untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Inilah sedikit cerita di saat melakukan monev, semoga untuk kedapannya tidak terjadi hal demikian yang dikarenkan ego dan fasilitator merasa paling pandai sehingga tidak mau mendengarkan kehendak masyarakat. Inilah cerminan masyarakat yang peka terhadap kondisi desanya dan berusaha mau membangun dengan upaya mereka.
Anak atau Kesenangan ..... ???
Seperti kita tahu bahwa anak merupakan suatu anugrah terbesar dalam hidup yang diharapkan oleh banyak orang tua yang tidak atau belum memiliki. Selain itu anak merupakan titipan dari Tuhan kepada kita untuk dirawat, dididik, dan dibesarkan.
Namun tidaklah demikian untuk sebagian orang, bisa jadi anak merupakan beban bagi mereka untuk memperoleh kebebasan duniawi tanpa harus terbebani dengan kehadiran anak dalam bahtera rumah tangga. Hal itu masih banyak terjadi dikalangan masyarakat di sekitar kita. Kadang kehadiran anak dalam rumah tangga sebagai syarat atau hiasan dalam rumah.
Maka dari itu perlunya pemberian pemahaman arti penting kesehatan pada masyarakat, hal ini disebabkan karena beberapa hal seperti pendidikan orang tua sehingga menghambat pemahaman arti pentingnya kesehatan, kurangnya pendekatan secara persuasif kepada masyarakat, atau karena lebih berat pada kepentingan pribadi semata. Program ini bertujuan membuka pola pikir masyarakat yang pada umumnya terlalu menerima yang membuat tidak adanya inisiatif untuk menjadi lebih baik.
Seperti gambar anak diatas yang terjadi di desa Boru Kecamatan Wulanggitang Kabupaten Flores Timur, dimana anak tersebut berusia 3 tahun namun hanya mampu mengucapkan beberapa patah kata seperti layaknya anak yang baru belajar bicara dan bila berjalan tidak selincah anak seusianya. Hal ini bukan tidak ada perhatiannya dari program, dimana program sendiri telah memberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) untuk peningkatan gizi anak namun tidak ada perubahan walau beberapa kali diberikan bahkan dari program lain juga berlaku sama.
Berdasarkan informasi dari kader posyandu serta pelayanan kesehatan, hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian dari orang tua, walau sebenarnya orang tuanya dalam kondisi mampu. Dan setelah dikonfirmasikan ke pihak keluarga hal ini dibenarkan, orang tuanya sibuk di luar rumah tanpa alasan yang jelas.
Ini merupakan kilasan atau gambaran dari masyarakat di sekitar kita, yang masih berpola pikir kurang maju (primitif). Berbeda jika memang berasal dari keluarga RTM (Rumah Tangga Miskin) masih bisa dimaklumi keberadaannya. Hal ini bisa terjadi dimana saja, selama orang tua tidak ada perhatian sama sekali terhadap anak akan menyebabkan jumlah anak kurang gizi dan gizi buruk semakin meningkat.di negeri ini. Kalau kita mau berfikir lebih jauh dan secara jernih, pada saat ini kita hidup bukan pada masa penjajahan, tetapi sekarang ini kita hidup dari orang tua yang berfikiran radikal yang hanya memikirkan kepentingan dan kesenangan pribadi.
Hal ini dituliskan karena rasa prihatin terhadap kurangnya kesadaran masyarakat khususnya para orang tua terhadap arti pentingya kesehatan bagi anak dan keluarga.
(Sumber : Monev MIS GSC 8 Juli 2011)
Langganan:
Postingan (Atom)
left'/>
width